Jurnal Penjajahan Belanda di Tanah Deli: Transformasi Kota Medan dan Perkembangan Ekonomi

 

**Jurnal Penjajahan Belanda di Tanah Deli: Transformasi Kota Medan dan Perkembangan Ekonomi**


*Abstrak:*

Dokumen ini membahas periode penjajahan Belanda di Tanah Deli, khususnya perjalanan sejarah Kota Medan dari kampung kecil hingga menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan di Sumatera Utara. Periode ini, yang berlangsung sekitar 78 tahun mulai dari 1864 hingga 1942, mencerminkan tantangan dan perubahan signifikan dalam struktur sosial dan ekonomi.


*1. Tantangan Penjajahan Belanda di Sumatera*


Meskipun Belanda menjajah Nusantara selama setengah abad, menguasai Tanah Deli tidak datang tanpa tantangan. Perang melawan pangeran Diponegoro di Jawa (1825-1830) dan konflik di Aceh, Minangkabau, dan Tapanuli di Sumatera menjadi hambatan besar. Penaklukan Belanda atas Sumatera terhenti setelah perang Paderi (1821-1837) dan keputusan Menteri Jajahan Belanda J.C.Baud untuk menarik pasukan dari Sumatera.


*2. Penaklukan Tanah Deli dan Kampung Medan*


Penaklukan Tanah Deli oleh Belanda dimulai pada tahun 1858 ketika Sultan Ismail dari Siak Sri Indrapura diserang oleh Inggris. Setelah meminta perlindungan pada Belanda, Sultan Ismail dipaksa menandatangani perjanjian pada 1 Februari 1858, menyerahkan wilayah Deli, Langkat, dan Serdang kekuasaan Belanda. Meskipun Kampung Medan secara otomatis menjadi jajahan Belanda, kehadiran fisik mereka belum sepenuhnya terwujud.


*3. Peranan Elisa Netscher dalam Pembentukan Medan*


Pada tahun 1858, Elisa Netscher diangkat sebagai Residen Wilayah Riau. Dengan memposisikan dirinya sebagai pembela Sultan Ismail, Netscher memainkan peran politis yang memudahkan Belanda menguasai daerah taklukan kerajaan Siak, termasuk Deli dengan Kampung Medan Putri.


*4. Transformasi Medan menjadi Pusat Pemerintahan*


Perkembangan Medan sebagai pusat perdagangan mendorongnya menjadi pusat pemerintahan. Sejak Ibukota Asisten Residen Deli dipindahkan ke Medan pada tahun 1879, kota ini mengalami pertumbuhan pesat. Pada 1887, Ibukota Residen Sumatera Timur juga dipindahkan ke Medan, disusul dengan selesainya pembangunan Istana Maimoon pada tahun 1891.


*5. Medan sebagai Kota Praja dan Perkembangan Ekonomi*


Pada tahun 1915, Residensi Sumatera Timur ditingkatkan menjadi Gubernemen, dan pada 1918, Kota Medan resmi menjadi Gemeente (Kota Praja). Walikota Baron Daniel Mac Kay memainkan peran penting dalam pembentukan kotapraja ini. Pada masa awalnya, Medan masih terdiri dari 4 kampung, tetapi dengan waktu, kota ini terus berkembang.


*6. Pembangunan dan Fasilitas Kota Medan*


Pada tahun 1918, Sultan Deli menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, dan kota ini secara resmi menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda. Dengan perkembangan ini, kota mulai membangun berbagai fasilitas seperti kantor stasiun percobaan, jaringan kereta api, konsulat Amerika, sekolah guru, dan pusat pasar. Penduduk Medan pada tahun 1918 mencapai 43.826 jiwa.


*7. Kesimpulan*


Sejak itu, Kota Medan terus berkembang dan menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan di Sumatera Utara. Dengan sejarah panjangnya yang mencakup periode penjajahan Belanda, Kota Medan menunjukkan perjalanan yang menarik dari sebuah kampung kecil menjadi pusat urban yang maju. Faktor-faktor seperti perdagangan, kebijakan kolonial, dan transformasi infrastruktur memainkan peran kunci dalam pembentukan dan perkembangan kota ini.

Comments

Popular posts from this blog

Jurnal Legenda Kota Medan: Keindahan dan Tragedi Putri Hijau

Jurnal Sejarah Kota Medan: Periode Awal Kota Deli

SEJARAH BERDIRINYA ISTANA MAIMOON MEDAN SUMATERA UTARA